Menjadi orang yang sukses sudah pasti merupakan impian siapa saja, namun untuk meraihnya tentu bukanlah perkara mudah karena harus diiringi oleh perjuangan dan kerja keras agar bisa membuktikannya. Filosofinya menyebutkan bahwa kerja keras tentunya tidak akan pernah mengkhianati hasil, hal itu sudah dibuktikan oleh Top Ittipad sendiri yang adalah seorang pengusaha muda asal Thailand. Ia tidak pernah menyerah dalam menghadapi kegagalan, hingga akhirnya sukses dalam mengembangkan usaha camilan rumput laut gorengnya yang diberi nama Tao Kae Noi.Kisah Top Ittipad membangun usaha sepertinya bisa menjadi inspirasi dan pelajaran bagi kita semua agar tetap bekerja keras untuk mewujudkan impian. Berikut ini adalah kisah perjuangan Top Ittipad hingga menjadi pengusaha.
Biografi Top Ittipad – Siapa itu Top Ittipad?
Top Ittipad atau yang bernama lengkap Top Aitthipat Kulapongvanich adalah putra kebangsaan Thailand yang lahir pada tahun 1984 silam. Dirinya terlahir dari keluarga yang bisa dibilang berkecukupan secara ekonomi. Top selayaknya pemuda biasa, bahkan tidak terlalu peduli dengan masa depannya sendiri. Hingga ia benar-benar terpikir tentang hal itu pada suatu ketika.
Kisahnya dimulai pada saat Top Ittipad berumur 16 tahun yakni pada tahun 2004 lalu. Pada saat itu Top sangat kecanduan dengan game online dan karena game tersebut ia bahkan sering bolos dari sekolah. Namun tanpa disadari hal itulah yang membuat Top berkenalan dengan dunia bisnis. Dari game yang dimainkannya, Top mendapat banyak uang dengan menjual aksesoris-aksesoris player yang ada di dalam game. Uang yang didapatkan Top dari game tergolong besar, bahkan ia mampu membeli hal-hal yang diinginkannya seperti PlayStation 2 hingga sebuah mobil seharga 600 Baht atau kurang lebih bernilai Rp 200 juta. Jika dihitung-hitung Top telah berhasil mengantongi penghasilan mencapai 1 juta Bath dari game online yang ia mainkan.
*Baca juga: Chris Gardner – Gelandangan yang Sukses Jadi Milyarder
Pembeli serba-serba player game online tersebut biasanya kebanyakan juga seorang pecandu game. Tidak hanya yang ada di dalam negerinya saja, bahkan tidak sedikit pula pembelinya berasal dari luar negeri.
Tapi Top Ittipad tidak mengetahui bahwa jual-beli di dalam game termasuk ilegal, sehingga tentu saja bisnis menguntungkan ini tidak akan bertahan lama. Dan sayangnya lagi, rekening game online yang digunakan Top untuk bertransaksi rupanya diblokir oleh admin game karena diketahui melakukan tindak ilegal yakni dengan transaksi jual-beli. Oleh karena itu, mau tidak mau Top Ittipad harus meninggalkan pekerjaannya tersebut.
Berhenti berjualan game online membuat Top tidak mempunyai pemasukan keuangan, disisi lain bahkan orang tuanya juga baru saja mengalami masalah finansial dan terlilit hutang kesana kemari. Namun meskipun demikian, orang tua Top tetap berusaha membiayai Top kuliah hingga selesai.
Karena dipaksa kedua orang tuanya, Top Ittipad akhirnya memutuskan melanjutkan pendidikannya dengan berkuliah. Namun karena semasa sekolah ia malas belajar, Top ternyata tidak berhasil masuk kuliah perguruan tinggi negeri dan harus rela masuk Universitas Swasta di Thailand. Disaat yang bersamaan pula, bisnis orang tuanya telah mengalami kebangkrutan dan hal itu pastinya akan menambah kesulitan keuangan keluarganya.
Kandasnya bisnis game online tidak membuat Top Ittipad berdiam diri dan pasrah dibiayai kuliah oleh orang tuanya. Dirinya yang memiliki jiwa wirausaha tidak terima dengan kondisi seperti itu. Setelah berpikir lama akhirnya Top Ittipad menemukan ide untuk memulai bisnis kembali, dan maraknya teknologi baru yakni DVD Player akhirnya melatarbelakangi Top untuk berjualan perangkat canggih tersebut.
Top Ittipad mencoba memulai bisnis DVD player dengan sisa uang tabungan hasil berjualan serba-serbi game online silam. Namun ternyata Top telah tertipu karena DVD Player yang ia jual adalah barang palsu dan sangat cepat rusak. Melihat hal itu Top mengadukan komplain kepada distributor tempatnya membeli DVD tersebut, tapi sayang uang Top tidak dikembalikan oleh pemilik distributor. Setelah itu ia juga masih kembali ingin membangun usaha dan memutuskan meminjam modal ke bank. Tapi sayangnya, karena masih terlalu muda pihak bank tidak menyetujui permohonannya.
Pada titik ini, Top mulai banyak menyadari kesalahannya termasuk mengenai urusan melalaikan sekolah dan pelajaran kuliah. Dirinya juga lebih sering tidak mengikuti kelas. Pada tahap ini jugalah Top mulai bersentuhan dengan kerasnya dunia bisnis. Ditambah hutang sebesar 40 juta Baht yang membelit orang tuanya justru memperburuk keadaan. Hutang yang tidak mampu dibayar itu membuat rumah mereka disita oleh pihak Bank. Meskipun keadaannya seperti itu, semangat Top Ittipad dalam membangun bisnis tidak pernah hilang, ia masih bersikeras agar dapat mendirikan bisnisnya sendiri.
*Baca juga: Steve Chen – Kisah Dibalik Kesuksesan Youtube
Dan suatu ketika Top mengunjungi pameran dan disana ia melihat salah satu orang berjualan kacang menggunakan alat penggoreng kacang. Dagangan tersebut bisa dikategorikan laku, hal itu lantas membuat Top berpikir untuk berjualan kacang. Kemudian ia memberanikan diri untuk menyewa alat penggoreng kacang tersebut dengan harga 10 ribu Bath perbulan. Ia juga membuka gerai kacang goreng di sebuah Mall bersama pamannya.
Tentu saja agar kacang goreng tersebut bisa laku Top harus dapat berupaya membuat kacang itu enak bagi para pelanggan. Oleh sebab itu, Top bertanya kepada para tukang kacang yang berjualan di pinggir jalan mengenai bagaimana caranya membuat kacang yang enak.
Semua resep yang dikatakan tukang kacang sudah Top catat dan ia juga telah berhasil membuat kacang goreng yang enak, tapi sayang dagangannya tetap tidak laku. Kejadian tersebut membuat Top berpikir keras tentang mengapa dagangannya tetap tidak laku. Secara rasa padahal kacangnya sudah bisa dikategorikan enak, namun pertanyaannya: mengapa masih tidak laku?
Tidak berselang lama, Top akhirnya menemukan jawaban mengapa dagangannya tidak laku selama ini. Di pasar tradisional Top mendapatkan banyak inspirasi seperti memberikan diskon, dan lokasi strategis untuk menarik minat para pelanggan.
Pelajaran yang ia dapatkan di pasar tradisional mulai diterapkan dalam dunia bisnisnya. Seperti meminta pindah tempat ke bagian depan Mall dengan harapan pelanggan dapat melihat usaha kacang gorengnya. Strategi berpindah tempat akhirnya membuahkan hasil, usaha kacang goreng milik Top laku keras sehingga ia memutuskan membuka beberapa cabang lagi. Namun ternyata berwirausaha tidak segampang itu, masih banyak rintangan yang ditemukan oleh Top. Pada saat dirinya membuka cabang bisnis besar-besaran, timbul masalah lain dimana mesin pembuat kacang goreng yang Top gunakan menimbulkan asap dan mengotori atap Mall. Hal itu membuat pihak Mall keberatan pun juga membuat mereka membatalkan kontrak kedainya. Akhirnya, usaha kacang goreng milik Top resmi ditutup.
Selain usaha kacang goreng yang ditutup, Top juga mendapat masalah lain yakni kedua orang tuanya memutuskan pindah ke China dan sekaligus mengajak dirinya untuk menetap dan berkuliah disana. Tapi Top menolak tawaran tersebut, ia justru meminta izin untuk tetap tinggal di Thailand dan berusaha melanjutkan bisnisnya. Dari bisnis jual kacang yang pernah ditutup beberapa waktu lalu, Top beralih profesi ke bisnis makanan atau camilan rumput laut goreng. Adapun inspirasi berjualan camilan rumput laut goreng pertama kali ditemukannya pada saat sang kekasih memberikannya camilan tersebut beberapa waktu lalu. Top menyukainya dan tertarik untuk membuat makanan ringan seperti itu.
Untuk merealisasikan usaha barunya itu, beberapa waktu kemudian Top membeli sedikit rumput laut. Namun setelah dikemas, sayangnya rumput laut tersebut basi dalam waktu satu minggu. Kejadian ini akhirnya membuat Top kebingungan bahkan sampai-sampai mendatangkan profesor bidang pangan untuk menyelesaikan permasalahan ini.
Profesor tersebut mampu menjawab pertanyaan Top agar bagaimana rumput laut tersebut bisa bertahan lama, ternyata kuncinya terletak pada vakum kemasan yang harusnya diisi dengan nitrogen. Tidak berhenti sampai disana, setelah berhasil membuat umur kadaluarsa rumput laut bertahan lama. Tantangan berikutnya yang dihadapi Top yakni harus dapat membuat rumput laut itu terasa enak. Namun faktanya berkata lain, sebab rumput laut tersebut terasa pahit setelah digoreng. Untuk melakukan uji coba rumput laut itu Top telah menghabiskan uang lebih dari 100 ribu Bath atau kurang lebih Rp 28 juta, tetapi tetap sama rumput laut yang ia goreng rasanya selalu pahit.
Usaha rumput laut goreng Top rasa memang tidak bakalan sukses, bahkan ia saja tidak dapat membuat rumput laut tersebut terasa manis. Dirinya juga hampir putus asa dan pergi ke China menyusul orang tuanya lalu berkuliah di sana. Tapi sebelum ia benar-benar berangkat, ada usaha terakhir yang ingin ia lakukan yakni menjual rumput laut goreng dan bekerjasama dengan perusahaan 7-Eleven, merupakan minimarket pusat perbelanjaan yang tersebar di berbagai negara. Sebelumnya, disisa-sisa terakhir rumput lautnya, Top berhasil membuat rasa rumput laut itu menjadi manis. Sehingga dirinya dapat mengajukan camilan rumput laut buatannya ke pihak 7-Eleven. Tapi tentu saja 7-Eleven mempunyai taraf standar kualitas seperti wajib memiliki kemasan produk hingga harus memiliki pabrik sendiri untuk memproduksi dalam jumlah besar.
Syarat 7-Eleven tidak tanggung-tanggung, dengan susahnya akhirnya Top dapat memenuhi persayaratan tersebut. Ia juga memiliki pabrik sendiri, yang mana pabrik tersebut dulunya adalah kantor kecil milik keluarganya yang masih tersisa. Kantor tersebut disulap menjadi pabrik kecil penyuplai camilan rumput laut goreng.
Tepat 2 tahun kemudian, kerja keras Top selama ini terbalaskan. Camilan rumput laut miliknya tergolong laku hingga dirinya berhasil membayar hutang keluarga dan tak kalah penting juga berhasil mengambil kembali rumahnya yang sempat disita oleh pihak Bank.
Top Ittipad di usianya yang ke 26 tahun. Dirinya sudah memiliki 2500 karyawan dan juga mengirim ke 6000 cabang 7-Eleven di seluruh dunia, serta mengekspor camilan rumput lautnya ke 27 negara termasuk Indonesia. Selain itu, Top telah memiliki lahan perkebunan rumput laut di Korea Selatan dengan pendapatan mencapai 1.5 Miliar Bath atau kurang lebih senilai Rp 450 miliar per tahun.
Dengan torehan tersebut, Top dengan kegigihan, kerja keras, dan pantang menyerah membuatnya dinobatkan sebagai “a Young Billionaire From Thailand”. Membangun usaha tersebut Top telah mengorbanan segala-galanya termasuk cinta kepada kekasihnya. Sebagai bentuk apresiasi dan keharuan perjuangan Top Ittipad, kisah suksesnya ini akhirnya diangkat ke dalam film layar lebar berjudul Top Secret: The Billionaire. Film tersebut mengisahkan selayaknya perjuangan Top Ittipat dalam membangun usahanya. Berikut ini adalah trailer filmnya;
*Baca juga: Jan Koum – Seorang Tukang Sapu Hingga Pendiri WhatsApp
***
Perlu diketahui, Indoworx tidak hanya menyajikan informasi-informasi bermanfaat saja, tapi kami juga menyediakan keperluan hosting, domain, SSL, dan lain sebagainya yang tentunya akan sangat membantu untuk kinerja website anda. Jika anda berminat, maka bisa langsung buka di beranda website kami, yaitu Indoworx.com. Sekaligus jangan lupa untuk mengunjungi zonakuota.com untuk membeli pulsa dan kuota secara online.
-R.S.A-