Jan Koum – Seorang Tukang Sapu Hingga Pendiri WhatsApp
Siapa yang tidak kenal dengan WhatsApp? Aplikasi instan messaging ini merupakan salah satu aplikasi pesan instan yang paling banyak digunakan di dunia. WhatsApp sendiri dibuat dan didirikan oleh dua orang lelaki yang masing-masing bernama Jan Koum dan Brian Acton.
Dibalik cerita terciptanya WhatsApp, ternyata ada beberapa hal inspiratif yang dapat kita petik sebagai pelajaran. Terlebih kepada cerita salah satu pendirinya yakni Jan Koum.
Biografi Jan Koum
Jan Koum dilahirkan pada 24 Februari 1975 di daerah kawasan bernama Fastiv bagian Kiev, Ukraina. Kehidupan Jan Koum kecil kurang berada, sebab dirinya dilahirkan dari pasangan suami istri yang sederhana. Adapun ayah Jan Koum pada saat itu bekerja sebagai manager konstruksi dan ibunya hanyalah seorang ibu rumah tangga. Dan keluarga Jan Koum berasal dari keluarga keturunan Yahudi.
*Baca juga: Bill Gates – Pendiri Microsoft Hingga Orang Terkaya di Dunia
Pada saat itu, di daerah tempat tinggal Jan Koum keadaannya sangat memprihatinkan dan segala fasilitas sangat terbatas, contohnya listrik yang pada saat itu belum ada di daerah tempat tinggal keluarga Jan Koum. Tidak hanya itu saja, untuk mandi pun keluarga Jan Koum terpaksa harus mengantri di tempat mandi umum.
Pindah Ke Amerika Serikat
Tinggal di Ukraina, keluarga Jan Koum merasa kurang dapat ketentraman, terlebih mereka merupakan warga keruturunan Yahudi sehingga mereka sering berhati-hati dalam bersikap. Ditambah tingginya gejolak politik serta meningkatnya gerakan anti Yahudi di Ukraina, maka hal itu membuat keluarga Jan Koum memutuskan pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1990 silam. Ketika memutuskan pindah kewarganegaraan tersebut, pada saat itu Jan Koum telah berusia 16 tahun, dan ia beserta keluarganya tinggal di wilayah Mountain View, Amerika Serikat.
Jan Koum tinggal di sana bersama dengan ibu dan neneknya, sementara ayahnya masih berada di Ukraina dan berencana akan menyusul mereka. Namun nahasnya, ayah Jan Koum meninggal dunia pada tahun 1997 ketika masih berada di Ukraina. Pada saat mereka memutuskan pindah ke Amerika Serikat, Jan Koum jarang berkomunikasi dengan ayahnya lewat telepon. Hal itu dikarenakan ayah Jan Koum berupaya untuk menghindari penyadapan yang dilakukan oleh pemerintahan Ukraina.
Ditinggal oleh sang kepala keluarga, membuat Jan Koum beserta ibunya berjuang sangat keras untuk dapat bertahan hidup di Amerika Serikat. Mereka bersedia melakukan pekerjaan apapun yang halal demi mencukupi kebutuhan hidup. Dan Pada saat itu, ibu Jan Koum diterima bekerja sebagai pengasuh anak dan Jan Koum sendiri diterima bekerja sebagai penyapu toko. Meskipun sudah bekerja dengan keras, tapi tetap saja kebutuhan mereka belum tercukupi.
Kehidupan Jan Koum Sangat Menyedihkan
Kehidupan Jan Koum dan keluarganya sangat menyedihkan. Bahkan untuk makan saja, Jan Koum sering mengandalkan jatah makan gratis yang dibagikan pemerintah untuk para tunawisma dan gelandangan. Ia juga terkadang tidur di tempat umum yang sama sekali tidak layak dijadikan sebagai tempat tidur. Kehidupan Jan Koum sangat kurang beruntung jika dilihat pada waktu itu.
Namun semasa kecil, saat Jan Koum baru pindah ke Amerika Serikat, dirinya sudah mahir dalam berbahasa Inggris sehingga ia kemudian mudah untuk dapat masuk sekolah di Amerika. Tapi berbanding terbalik dengan kehidupannya yang miris, di sekolahnya Jan Koum dikenal sebagai anak yang nakal dan dirinya juga sering terlibat perkelahian. Namun dibalik hal itu, Jan Koum ternyata juga dikenal sebagai murid yang cerdas dan menyukai dunia komputer. Bahkan dirinya juga sangat gemar mempelajari tentang teknologi komputer, terlebih dalam bahasa pemrograman komputer yang ia pelajari secara otodidak dari buku-buku bekas.
Tidak hanya belajar dari buku bekas saja, untuk memperluas wawasannya dalam dunia komputer Jan Koum juga turut bergabung dalam komunitas hacker yang dikenal dengan nama “w00w00” sewaktu dirinya masih bersekolah.
*Baca juga: 7 Tips Membeli Hardisk Eksternal Agar Tidak Gampang Rusak
Dan ketika lulus dari bangku sekolah, Jan Koum kemudian melanjutkan pendidikannya dengan masuk di San Jose University. di masa kuliah itu, untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup dan biaya kuliah, Jan Koum juga sambil bekerja sebagai penguji sistem keamanan komputer di Ernst & Young.
Bertemu Dengan Brian Acton
Rutinitas kuliah dan bekerja ia jalani setiap hari pada waktu itu, kemudian pada tahun 1997, Jan Koum bertemu dengan seseorang yang bernama Brian Acton, merupakan seorang pegawai Yahoo, yang kemudian menjadi teman dekatnya.
Jan Koum dan Brian Acton banyak membicarakan perihal teknologi komputer dan bagaimana suka duka bekerja di Yahoo. Lalu atas saran dari Brian Acton, bermodal pengetahuan mengenai dunia komputer akhirnya membuat Jan Koum memutuskan melamar pekerjaan di Yahoo, dan kabar baiknya ia diterima bekerja di Yahoo.
Meskipun hidupnya pada saat itu mulai stabil, akan tetapi pada tahun 2000, Jan Koum mendapati kabar pahit yang menyatakan bahwa ibunya telah meninggal dunia akibat penyakit kanker yang dideritanya. Ditinggal oleh kedua orang tuanya, membuat Jan Koum kemudian hanya tinggal bersama neneknya.
Terlepas dari kabar pahit mengenai keluarganya tersebut, Jan Koum tetap kuliah sambil bekerja di Yahoo. Dan selama tiga tahun belakangan, ia dan Brian Acton rasanya menjadi saksi atas jatuh bangun perusahaan Yahoo pada saat itu.
Perlu diketahui bahwa Jan Koum dipercaya Yahoo untuk mengisi jabatan programmer serta merangkap untuk menangani proyek pengiklanan.
Karena dirasa kurang fokus dalam bekerja serta sempat dimarahi CEO Yahoo, yakni David Filo (CEO Yahoo pada waktu itu), akhirnya Jan Koum membulatkan tekad untuk drop out dari kuliahnya dan memfokuskan diri bekerja di Yahoo.
Pada tahun 2007, setelah genap bekerja selama tujuh tahun yang membuat Jan Koum merasa mempunyai pengalaman yang cukup. Hal tersebut membuat dirinya dan Brian Acton memutuskan mundur dari Yahoo. Kemudian setelah itu, mereka bedua meghabiskan waktunya dengan berlibur dan berwisata di daerah Amerika Serikat selama satu tahun.
Ditolak Facebook
Setelah beberapa tahun hengkang dari Yahoo, Jan Koum dan Brian Acton memutuskan mencoba untuk melamar pekerjaan di perusahaan Facebook. Namun sayang, mereka berdua ditolak oleh Facebook.
Pada tahun 2009, di mana saat itu iPhone sedang mengalami masa kejayaannya, dan hal itu membuat Jan Koum tertarik membelinya. Ia menyukai kumpulan kontak dan juga App Store yang digagas oleh Iphone. Hal tersebut membuatnya mendapatkan ide cemerlang, ia merasa melihat potensi besar dari aplikasi App Store di iPhone yang kemudian membuatnya ingin menciptakn aplikasi yang dapat menampilkan status pada menu kontak telepon Iphone. Ide tersebutlah yang kemudian membuat gagasan dibalik terciptanya aplikasi WhatsApp.
Jan Koum memiliki teman yang bernama Alex Fishman dan kemudian dirinya menceritakan ide tersebut kepada Alex. Mendengar ide cemerlang tersebut, Alex Fishman kemudian memperkenalkan Jan Koum dengan Igor Solomennikov, yang merupakan seorang developer aplikasi iPhone.
Dari perkenalannya dengan Igor, Jan Koum kemudian berhasil mewujudkan idenya itu dan akhirnya terciptalah aplikasi yang diberi nama WhatsApp. Terciptanya WhatsApp juga merupakan dasar dari berdirinya perusahaan WhatsApp Inc yang berbasis di California.
Jan Koum Hampir Menyerah
Dan pada awal peluncurannya, WhatsApp juga tidak se-boom-ing Instagram maupun aplikasi sejenisnya. Meskipun pada saat itu Jan Koum sering menghabiskan waktunya dengan mengembangkan aplikasi ciptaannya, akan tetapi aplikasi tersebut masih kerap mengalami crash dan bisa dikatakan belum sempurna sepenuhnya. Bahkan, ketika WhatsApp dirilis untuk pertama kali, aplikasi tersebut hanya didownload sekitar 250 orang saja. Itu pun kebanyakan dari teman-teman Jan Koum sendiri.
Perkembangan WhatsApp yang dinilai sangat lambat tersebut membuat Jan Koum hampir menyerah. Dan dirinya juga berniat menghentikan perkembangan aplikasi tersebut, dan berencana untuk mencari pekerjaan apa saja.
Namun mendengar hal tersebut, Brian Acton selaku teman baik dari Jan Koum menyarankan agar Koum terus mengembangkan aplikasi WhatsApp buatannya dan memberi waktu beberapa bulan untuk melihat potensi besar dari aplikasi tersebut.
Saran Brian Acton diiyakan dengan baik oleh Jan Koum, walaupun merasa ragu-ragu, dirinya masih tetap mengembangkan aplikasi ciptaanya. Akan tetapi tanpa terduga, pada tahun 2009 silam, Apple merilis fitur push notification yang membuat Jan Koum merasa memiliki potensi besar akan hal tersebut bagi aplikasi buatannya. Dan untuk memanfaatkan fitur terbaru dari Apple, Jan Koum memutuskan memodifikasi aplikasi buatannya, sehingga ketika pengguna WhatsApp mengubah status di aplikasinya, maka otomatis hal itu juga akan terkabar di jaringan.
Perkembangan WhatsApp
Versi Awal WhatsApp hanyalah berupa fitur update status di kontak telepon di iPhone. Setelah itu, Jan Koum kembali merilis WhatsApp versi 2.0 yang dilengkapi dengan fitur pesan instan. Versi tersebut membuat aplikasi WhatsApp dilirik banyak pengguna. Bahkan pada saat itu, WhatsApp telah didownload sebanyak 250 ribu pengguna.
Di era perkembangannya, WhatsApp mempunyai saingan yang tidak banyak, yakni hanya Blackberry Messenger (BBM) saja. Namun karena BBM hanya dapat diakses di ponsel Blackberry saja, hal itu merupakan alasan yang kemudian membuat Jan Koum terus mengembangkan aplikasi WhatsApp miliknya.
WhatsApp terus dikembangkan, suntikkan dana juga dilakukan oleh mantan karyawan Yahoo sebesar 250 ribu dollar. Karena Brian Acton telah mencarikan investor, maka Jan Koum mengajak teman dekatnya tersebut untuk bergabung mengembangkan aplikasi WhatsApp bersama-sama.
WhatsApp terus berkembang, fitur diperkaya. Bahkan, WhatsApp juga dirilis untuk sistem operasi lain, yakni Android dan Blackberry.
Pada tahun 2010, WhatsApp berhasil memperoleh pendapatan sebesar 5000 dollar pada bulan pertama. Melihat hal tersebut, banyak investor yang tertarik menanamkan modalnya di WhatsApp. Dan perusahaan seperti Sequoia Capital turut memberikan dana sebesar 8 juta dollar untuk WhatsApp.
Pada tahun 2011, WhatsApp buatan Jan Koum berhasil masuk dalam 20 besar aplikasi populer di App Store. Hal tersebut membuat Sequoia Capital kembali menyuntikkan dana sebesar 50 juta dollar kepada WhatsApp. Suntikkan dana tersebut sekaligus membuat WhatsApp bernilai jual sebesar 1,5 miliar dollar.
Kesuksesan tersebut membuat Facebook tertarik membeli WhatsApp. Namun Jan Koum menolaknya pada saat itu dan dirinya memutuskan untuk terus mengembangkan WhatsApp. Dan aplikasi tersebut berhasil memiliki pengguna aktif sekitar 200 juta di seluruh dunia.
*Baca juga: Inilah Kata-Kata Mutiara Pengusaha yang Akan Membuatmu Semangat
Google dan Facebook kembali bersaing untuk dapat mengakusisi WhatsApp yang saat itu berhasil berkembang dengan pesat. Hingga akhirnya pada tahun 2013, Jan Koum bersama Brian Acton sejutu menjual WhatsApp ke perusahaan Facebook dengan nilai sebesar 19 miliar dollar. Hal tersebut juga membuat Jan Koum dan Brian Acton menjadi orang kaya baru, dan berhasil masuk pada jajaran majalah Forbes.
-R.S.A-